Senin, 24 Desember 2012

Refleksi Hujan

duduk diteras menetas sajak emas,kopi berbicara seirama dengan melodi hujan siang itu, memandang langit yang tak berawan, tentu saja karena awan sedang  menetaskan semburan tirta ke daratan, tentu saja menumpahkan semua kekesalannya karena sudah tak kuat membendung resapan air laut, refleksi siklus kehidupan awan, air, hujan tanpa muara, dan kubersimpuh bercermin juga, kehidupan nanar binar berliku, berotasi juga, tanpa atau mungkin belum bermuara juga, menanti ujungnya, retasan tiap relung sukma meretas tiap jengkal pengalaman hidup, berperang juga dengan kata logika, tentu kadang tak berpangkal juga..sedih, senang, duka berganti di tiap porosnya, mereka kadang berebut porsi, belum mati, tak tau arti, belum mengerti. Semua berakhir juga pada tiap penantian, pertemuan, kematian. Dan pasti hikmah memberi nanar, pelajaran selalu berkisar pada akhirnya, dan bijakpun menjadi tameng atas pergelutan perang nantinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar